Senin, 24 November 2008

歌舞伎 と 怪談

Err........ hari minggu kemaren, ane jadi inget ane dapet kunjungan dari sepupu anak SMAN 5 Bandung yang mau minta lagu instrumental jepang yang kira kira cocok untuk Kabuki. Sekaligus minta tolong cerita apa yang juga pantas untuk pentas sekolahnya nanti. Otomatis ane jadi agak bingung............ Kabuki yang ane kenal cuma Kabuki Kaidan doang!

Kabuki tu semacam opera Jepang, pertama dipentaskan oleh Izumo no Okuni pada zaman Sengoku. Dansa ini seterusnya berkembang menjadi opera dan menjadi salah satu tontonan yang paling populer di zaman Edo.


Image hosted by servimg.com
Potret Izumo no Okuni yang based on Sengoku Musou 2. Walau sangat disarankan untuk tidak percaya atas potret diatas karena rata-rata muka karakter Sengoku Musou telah dipermak total dari aslinya, sebagai contoh adalah Sanada Yukimura dan Ishida Mitsunari.



Walau Kabuki sendiri sangat populer, sebenarnya Kabuki pernah diinterpretasikan sebagai sesuatu yang negatif pada masa kejayaannya pada awal zaman Edo. Banyak oknum pemain Kabuki yang "bispak" (bisa pakai), sehingga seni Kabuki sempat juga dinamakan sebagai -maaf-, "Pelacur yang Berdansa dan Menyanyi" (waduuuuuuuuuh). Ini membuat Tokugawa Shogunate melarang wanita untuk mementaskan Kabuki, sebagai gantinya, pemain laki-laki muda lah yang mementaskan Kabuki, penampilan laki-laki muda saat itu tidak semaskulin laki-laki dewasa dan rata-rata suara mereka cempreng, sehingga pas dijadikan pengganti peran wanita di pentas-pentas Kabuki.

Gilanya, ternyata praktek prostitusi ini terus berlanjut dan laki-laki muda ini juga jadi bispak termasuk pada kaum pria (..... haiiiaaaaaaaaaaaaa). Tokugawa Shogunate gak mau tau dan akhirnya melarang laki-laki muda untuk mementaskan Kabuki. Sebagai gantinya cuma laki-laki yang cukup umur yang boleh, walau begitu, jumlah penonton dan popularitas Kabuki tidak berkurang.

Oke, aside from the bad things. Kabuki sendiri punya cerita-cerita yang menarik, walau pementasannya sempat redup setelah PD ke -II, banyak cerita-ceritanya yang dijadikan adaptasi film-film, Yotsuya Kaidan misalnya. Jepang emang gak bisa dipisahkan sama yang namanya hantu, saking percayanya, pada zaman sebelum kemerdekaan, orang dulu berhasil ngibulin Jepang untuk jauh-jauh dari Rengasdengklok dengan cerita bohong bahwa disana banyak hantu. Wakakakak.....

Anyways, karena udah rata-rata pada kenal Yotsuya Kaidan dan kayaknya Yotsuya Kaidan agak garing untuk diceritain. Maka ane saranin sepupu ane untuk buat cerita yang berdasarkan dari Bancho Sarayashiki.

Adalah cerita dari Okiku, seorang pelayan keluarga Aoyama, dan sepuluh piring antik milik keluarga itu. Ada tiga versi dari cerita ini. Cerita aslinya, Okiku, diceritakan sebagai seorang yang cantik, menolak pendekatan tuannya, Aoyama Tessan. Maka sebuah tipuan dirancang Tessan, Okiku difitnah telah menghilangkan salah satu piring antik Aoyama secara tidak sengaja. Tessan melancarkan aksinya, ia berkata pada Okiku bahwa ia hanya akan memaafkan Okiku hanya jika Okiku setuju jadi kekasihnya. Okiku terus menerus menghitung, tapi apa dikata, piring yang ada disana hanyalah sembilan. Frustasi, dan Okiku tidak ingin menerima pinangan Tessan. Ia bunuh diri dengan cara terjun ke sumur.

Okiku menjadi hantu sejak saat itu. Disekitar kediaman Aoyama sering terdengar suara hitungan sampai sembilan, lalu teriakan mengerikan sebagai "wakil" dari piring ke-sepuluh yang hilang. Kejadian ini terus berlanjut sampai seorang pembasmi hantu berteriak dengan keras, "Juu!" (Sepuluh!) pada saat hitungan ke-sembilan terdengar. Teriakan mengerikan yang biasanya terdengar setelah sembilan diucapkan tidak terdengar lagi, dan hantu Okiku menghilang, berhenti menghantui kediaman Aoyama.

Versi lebih romantisnya dikenal dengan versi Okamoto Kido. Ceritanya lumayan berbeda, kali ini Aoyama dan Okiku memang saling mencintai. Nah, masalahnya Aoyama direncanakan untuk menikah dengan orang lain oleh bibinya. Jelas, Aoyama menolak, ia berjanji akan menikahi Okiku walau bibinya memaksa.

Okiku kurang percaya, maka ia memecahkan satu dari sepuluh piring antik Aoyama. Dimana hukuman dari memecahkan piring itu adalah mati. Awalnya, Aoyama mencoba meyakinkan diri bahwa Okiku tidak sengaja dan, di lain pihak, berhasil meyakinkan keluarganya untuk tidak menghukum mati Okiku. Namun ketika ia diberi tahu oleh Okiku sendiri bahwa itu hanya sekedar bentuk dari love test, Aoyama marah besar dan membunuh Okiku, lalu membuang jasadnya ke sumur.

Sejak saat itu, hitungan sampai sembilan terus terdengar di kediaman Aoyama, walau tidak ada teriakan mengerikan sebagai tanda "sepuluh" seperti versi aslinya. Suatu saat Aoyama melihat hantu Okiku di halamannya, tapi Okiku tidak memancarkan muka yang menyeramkan seperti hantu pada umumnya, tapi wajah yang Aoyama kenal dan bahkan, lebih "bersinar" dan tenang. Ini membuat Aoyama menguatkan diri bahwa ia harus segera bergabung dengan Okiku--- ia melakukan seppuku, alias harakiri. Kalau gak ngerti bahasa Jepang, artinya bunuh diri.

Aiiih....... ane jadi gak sabar kalau bener ni cerita dipentaskan...... Pake lagu Sugoroku SW 2 nggak apa-apa ya?

Tidak ada komentar: